Pertengahan
2012Av**ch mengadakan event pendakian bersama di Taman Nasional Gede
Pangrango(TNGP). Pertama dengar sih cuek cuek aja, mengingat jarak tempuh yang
harus saya lalui, jaaauuhhhhh... belum
lagi ongkos kesananya. Tapi,.. ada tapinya juga loh, hehehe. Denger-denger
harga tiket Jamborenya murah dan banyak doorprizenya. *kalau doorprizenya!!!gak
begitu tertarik, ntar dapet kulkas!! bisa kacau tuh bawanya dari Gunung Gede ke
Jawatimur, hahahha.. GILA!!! Mana ada doorprize kulkas di Gunung....
Gunung
Gede-Pangrango memiliki sistim perjinan yang sedikit ribet. Kita diharuskan
daftar online terlebih dulu, ngisi formulir, terus nunggu konfirmasi disetujui. Setahuku sih gitu,.. Setelah disetujui kita harus ke TNGP, seminggu sebelum tanggal pendakian yang
sudah disetujui. Saya yang jauh dari sana, mana sempet ngurusi begituan!! selain
perjinan yang super ribet!!! Jumlah pendaki juga dibatasi, sebanyak 300 orang
pendaki.
Dengan banyak
pertimbangan, akhrinya saya memutuskan: gak ada salahnya-lah dicoba.. Kapan
lagi ada kesempatan seperti ini. Saya carik info lebih lanjut tentang event
tersebut. Nama Eventnya seperti ini “ADVENTURE
NEVER DIES. Jambore Pencinta Alam, Aksi bersih dan pendakian bersama. Gn.
Gede-Pangrango”.
***
Awalnya kami
berempat dari Jember. Saya, Odhol, Cipok dan Keling. Keling bertempat tinggal
di Depok yang kebetulan dia lagi main-main ke Jawatimur. Si Kelling ini, udah
sering naik turun Gede-Pangrango. Jadi, kami tidak begitu khawatir masalah
jalur, Aman. Terus si Cipok, unik kan namanya. Nama ini diberikan pada saat
mengikuti Pendidikan Dasar Organisasi Pencinta Alam
(OPA) Fakultas Sastra Unej. Pemberian nama ini dikenal dengan Nama Lapang.
Cipok sendiri bangga atas nama yang diberikan, dia sering memperkenalkan namanya dengan gagah. Perkenalkan nama saya
Cipok “Cerita Indah Perjalanan Orang Keren” bisa-bisannya cipok. hahahaa... Tapi sayang, si Cipok tidak jadi ikut ke event tersebut. Ada
beberapa hal yang tidak dapat ditinggalkan di Jember, yang mengharuskan segera
kembali ke Jember. Padahal udah sampek Jogja!!, sayang sekali!!!!,.. Dan yang
satunya lagi Odhol, seperti Cipok nama odhol diberikan pada moment yang sama,
hanya beda tahun aja. Cipok lebih mudah dari Odhol, walau lebih muda dari kami
si cipok berbadan Gempal bak Binaraga profesional. Hahhahhaa..
Jadilah kami
berempat menuju Jogja, dan di lanjut bertiga menuju Jawa Barat.
Kami
berangkat lebih awal dari tanggal pendakian, berencana mampir Jogja sebelum
melanjutkan perjalanan ke Jawa Barat. Perlahan-lahan kereta meninggalkan
Jember, melesat, melaju menuju Jogya..
Cipanas
Hajatan Pendakian Bersama |
Turun
dari bis, kami disambut abang-abang angkot yang emang sengaja disiapkan buat jemput
para peserta Jambore. setelah dapet angkot kami melesat ke desa Gunung Putri
untuk registrasi ulang. Huaaad..,.. Kaget bukan main, kerumunan manusia banyak
amat di Desa Gunung Putri kayak yang lagi ada hajatan.. Registrasi ulangpun harus
ngantri, ampun dah rame banget. Suasana riuh,.. terlihat juga para pedagang yang menjajakan barang-barang keperluan di gunung. Saya mulai sangsi kalau peserta Jambore berjumlah
300 sesuai peraturan TNGP, yang berjibun
disini aja banyaknya kayak gini. Apalagi, denger-denger beberapa
rombongan sudah diberangkatkan. Buset dah, akan jadi apa nih gunung.
Karena bosen nunggu registrasi ulang, yang antriannya masih pajang, kami memutuskan berteduh dulu,
numpang istirahat di rumah penduduk kenalan Kelling. Ohh, iya. Tim kami
bertambah, mulai dari temen Keling yang dari Lampung si Haris untuk gantikan
Cipok. Mubadzir kalo gak kepakek tiket Jamborenya. Selain, Haris kami juga
ketambahan tim dari mana yaaa..??? Lupa. Hahahahhaha.. yang saya ingat satu
cewek yang khas dengan topi AngryBirds-nya dan 2 cowok. Jadilah, kami ber-7 menuju rumah
penduduk kenalan si Keling, untuk sekedar nitip barang, dan leyeh-leyeh lah...
Ternyata
bener kesangsian dan keragu-raguan saya, jumlah keseluruhan peserta Jambore melebihi
kuota. Malah bisa dibilang overcapacity,
lebih dari 1000 peserta. Alamak, gak kebayang! gimana panitianya
ngatur orang sebanyak itu...
***
Tancap
gas gunung Gede dimulai jam 9 malem dari pos Ranger Gunung Putri. Jumlah rombongan permberangkatan sekitar 40
orang. Jalan setapak yang lumayan nanjak di tengah ladang penduduk merupakan
trek awal. Napas masih teratur, keseimbangan tubuh masih stabil, pikiran masih
normal, setelah melintasi sungai, tanjakan panjang yang seakan tidak berujung. Napas udah mulai sulit diatur, keseimbangan sudah mulai menurun. Treknya juga sangat gelap.
Trek
Gunung Putri memiliki hutan yang lebat, siang hari saja matahari tidak dapat menembus. Apalagi malam hari, sangat gelap. Susah buat napas dimalam hari,
oksigennya rebutan sama pohon-pohon di hutan Gunung Putri. Satu persatu Peserta Jambore tumbang, pos-pos atau spot-spot
istirahat dipenuhi oleh peserta yang sudah tepar, memilih melanjutkan pendakian dibesok harinya. Banyak juga yang tidur di trek. *What??!! Tidur di jalur pendakian. Iya,
banyak yang tidur di jalur pendakian. Hanya gelar matras, sleeping bag, udah
tidur. Malah ada yang tidur gak make SB, hanya jaketan aja. Ngawuuurrrr.... Saya pernah mendaki dengan peralatan gak safety, tapi gak
ngawur. Tidur diluar dengan suhu Gunung dan hanya memakai jaket sebagai pelindung,
itu namanya ngawur. Jangan-jangan ada yang makek SB jawa alias Sarung Bag. Waahhhhh,
itu lebih ngawur lagi...
“Istirahat
aja lah Ling, lanjutkan besok” pinta saya ke Keling... “sebentar lagi kok, sampek
Surya Kencana” sahut si Keling.. Keling yang udah biasa dengan jalur ini, tampak biasa-biasa saja, tidak merasa capek samasekali.
“tunggu abang-abang penjual nasi uduk","Kita makan dulu” sahut si Keling.
Saya hanya diem aja, gak percaya. Masak ada penjual nasi di Gunung. Arrggghhh, ini bukan waktu tepat untuk bercanda.
Kondisi hutan yang lebat yang notabene pada malam hari, harus berlomba-lomba berebut oksigen sama pohon. Keputusannku sudah bulat kalau nemu tempat lapang, nge-camp. Se-nggak-nggaknya tempat lapang yang cukup buat satu tenda saja.
Tiba-tiba saya mendengar “Nasi uduk Nasi uduk..” dari suaranya sih, pas dibelakang kami. “Hayo rep, makan gak lu” tanya Keling. Saya hanya diem, tertegun tidak percaya. Penjual Nasi uduk di Gunung, AJIB dah!!! “Hayo wes rep mangan” kata Odhol.
“tunggu abang-abang penjual nasi uduk","Kita makan dulu” sahut si Keling.
Saya hanya diem aja, gak percaya. Masak ada penjual nasi di Gunung. Arrggghhh, ini bukan waktu tepat untuk bercanda.
Kondisi hutan yang lebat yang notabene pada malam hari, harus berlomba-lomba berebut oksigen sama pohon. Keputusannku sudah bulat kalau nemu tempat lapang, nge-camp. Se-nggak-nggaknya tempat lapang yang cukup buat satu tenda saja.
Tiba-tiba saya mendengar “Nasi uduk Nasi uduk..” dari suaranya sih, pas dibelakang kami. “Hayo rep, makan gak lu” tanya Keling. Saya hanya diem, tertegun tidak percaya. Penjual Nasi uduk di Gunung, AJIB dah!!! “Hayo wes rep mangan” kata Odhol.
Sampai
di Surya Kencana jam 3 pagi, gak kebayang
remuknya badan gimana!!! Hari pertama di Surya Kencana saya habiskan
dengan makan dan tidur.. Istirahat
sepuasnya...
Kumpul-kumpul bersama, pembagian doorprize, dan ramah tamah. ane mah tidur, yang motret si odhol |
Saya bangun di siang hari, bercengkerama depan tenda bersama kawan-kawan yang baru saja kenal. Asik bercengkerama, memperhatikan kerumunan manusia-manusia pendaki di tengah Padang Sabana yang sangat luas ini. Mengingatkan saya, akan Alun-alun besar dan Cikasur di Peg. Iyang, Ranu Kumbolo di Semeru. Saya juga melihat beberapa rombongan pendaki yang baru dateng. GILA!!!
Sampek sore pun masih ada pendaki atau peserta yang baru tiba di Surya
Kencana...
Acara dari
panitia, tidak kami ikutin. Hanya memperhatikan dari jauh, selain Tim kami ada beberapa Tim lain yang tidak mengikuti acara yang diselenggarakan panitia di Alun-alun Surya Kencana. *susah juga sih, ngatur segini banyaknya orang. Padahal udah ada panitia yang ngajak ngumpul, tapi tetep aja gak digubris.
***
Puas
menghilangkan capek, makan, ngobrol ngalor-ngidul bersama kawan-kawan baru. Sekarang saatnya, menuju puncak Gunung Gede. Carrier sudah terpacking rapi, sampah
sudah kami bawa. Tancap Gas,......
Foto bersama Tim Orange, sebelum muncak Gunung Gede |
Berderet
rapi kerumunan manusia memasuki hutan pohon stigi.... satu persatu rombongan menghilang masuk dalam lindungan pohon-pohon stigi. Seteleh Tim saya juga dibawah
lindungan pohon stigi,
Jreeenggt!!! Jalurnya. Mantab.... Nanjak dan berbatu...
Jreeenggt!!! Jalurnya. Mantab.... Nanjak dan berbatu...
Selang
beberapa menit nanjak di trek yang bikin ngos-ngosan, kami sudah sampai Puncak
Gunung Gede...
Setelah
puas mengerjakan rutinitas di Puncak, foto-foto, ngopi, nyamil, beramah tamah
dengan rombongan pendaki lainnya.. kami turun ke Jalur Cibodas. Jalur menurun ini lumyanan berbahaya, treknya
sedikit berpasir atau berkerikil. Licin, jadi kita harus berhati-hati.
Keling, dan kawan dari Kampung Rambutan |
Si Haris yang mengajak foto Cewek dari Tim Ungu |
Tanjakan Setan |
Setelah
menuruni Tanjakan Setan, kita akan bertemu persimpangan menuju gunung Pangrango.
Persis, dibawah persimpangan terdapat lahan luas yang merupakan tempat favorit
nge-camp para pendaki. Lahan luas tersebut adalah Kandang Badak. Jadi, kita
harus berhati-hati ntar ketemu badak disini, hahahhaha,... tapi, tenang aja gak
ada badak disini, yang ada ranjau darat alias eek badak,.. kwkwkkkkk... *kok e’ek badak, berarti ada badaknya
dong,... bukanlah!!! tentunya e’ek manusia para pendaki...hahahha... Layaknya tempat-tempat favorit nge-camp di
Gunung-gunung lainnya, Ranu Kumbolo di Semeru, Taman Hidup Di Argopuro, Segara
Anak di Rinjani, kita harus hati-hati banyak ranjau darat, hahahahha.. Selain lahannya luas, dan juga pintu masuk ke Pangrango,
tempat ini juga terdapat sumber air yang bening. Karena itulah, tempat ini favorit... tapi, tetep hati-hati sama ranjau daratnya,.. hehehhe
Turun
dari Kandang Badak, trek turunan Tangga Batu dimulai.. mor dan baut kaki terasa
lepas dari badan, Ampuuuunnnnnnnn... bisa bernapas sedikit lega di sumber Air Panas, tepat di bawah pos Kandang Batu. Ngopi-ngopi dulu, merendem
kaki yang mulai kaku dan nyilu..
Melewati
Sumber Air Panas, lagi-lagi kita menjumpai turunan Tangga Batu sampai Cibodas. Banyaknya peserta, membuat jalanan antri, pergerakan cenderung lamban. hampir separuh peserta Jambore kemaleman sampek Cibodas. Saya
yang berniat mampir dulu di Curug Cibereum, gagal. Karena kesorean sampek
pertigaan Cibereum. Menjelang malem tiba, Pos Pertigaan Cibereum jadi pasar malem seketika, banyak
peserta Jambore terdampar disini. Ada yang sekedar istirahat bercengkerama, melepaskan
lelah, melemaskan kaki yang sudah mulai kaku. Ada juga yang tepar, keseleo. Mungkin,
dikerenakan kakinya sudah tidak kuat lagi jadi penopang tubuhnya. Banyak dari
kami (peserta jambore) memutuskan untuk nge-camp di pertigaan Pos Cibereum. Termasuk
saya dan odhol, berbeda dengan Panitia dan ranger TNGP yang mengharuskan
kami segera turun malam ini juga. Odhol yang kondisinya tidak kuat lagi
meneruskan perjalanan, akhirnya dipapah sama Keling.
Perjalanan
semakin serem, ketika melewati jembatan. Sampai ditengah jembatan perasaan
serem semakin menjadi, dengan tenang saya mempercepat langkah kaki. Setelah dirasa
jauh meninggalkan jembatan, saya terduduk lemes. Sembari menunggu Odhol dan Keling. Suasana
sangat hening, mencekam. Saya sih biasa-biasa saja, walau sebenarnya sangat tuuuakuuut.
Seandainya kaki masih sehat-sehat aja, rasanya pengen lari. Saya berusaha
untuk tenang dan tidak panik, Berusaha tidak melakukan hal-hal yang
membahayakan diri sendiri.
Cahaya senter dari Odhol dan Keling sudah mulai keliatan. Kami berjalan perlahan-lahan, tetap terus melangkahkan kaki, walau berat....
Dan
Akhirnya,..... Kami sampai CIBODAS..............
7 Komentar
baca posting yang satu ini , jadi inget masa sma saat masih hobby naek gunung. Tapi faktor U bikin saya cuman jadi penonton aja sekarang heheheh
BalasHapustenkyu2 udah mampir,...
Hapusseru deh yey......
BalasHapustenkyu tenkyu,...
Hapuswah.. seru yaa.. aku sering ke gunung, tapi gak pernah summit attempt gini.
BalasHapusone day saya harus muncak!
wah.. seru yaa.. aku sering ke gunung, tapi gak pernah summit attempt gini.
BalasHapusone day saya harus muncak!
tenkyu nadhira,
Hapussemoga bisa muncak gunung, salam