Tulisan ini lanjutan dari postingan saya yang berjudul 'Berkenalan dengan Ranu Kumbolo'.
Berdiri membungkuk dengan kaki kiri didepan, kepala menghadap kearah trek yang masih belum terlihat ujungnya. Mengatur nafas yang tersengal-sengal, mengistirahatkan lutut yang sudah mulai gemetar. Trek pasir sangat merepotkan, pasir yang tebal, bebatuan yang labil, sungguh sangat menguji mental dan juga fisik. Hari sudah mulai terang sejak kami minggalkan Arcopodho jam 12 malem tadi. Lila, Yusuf (odhol), dan Hendra (petis) sudah lebih dulu, mereka mendaki begitu sangat semangatnya.
Sebelum saya melanjutkan menapakkan kaki untuk terus naik, tiba-tiba saya mendengar:
Berdiri membungkuk dengan kaki kiri didepan, kepala menghadap kearah trek yang masih belum terlihat ujungnya. Mengatur nafas yang tersengal-sengal, mengistirahatkan lutut yang sudah mulai gemetar. Trek pasir sangat merepotkan, pasir yang tebal, bebatuan yang labil, sungguh sangat menguji mental dan juga fisik. Hari sudah mulai terang sejak kami minggalkan Arcopodho jam 12 malem tadi. Lila, Yusuf (odhol), dan Hendra (petis) sudah lebih dulu, mereka mendaki begitu sangat semangatnya.
Sebelum saya melanjutkan menapakkan kaki untuk terus naik, tiba-tiba saya mendengar:
"korep-korep, tolong tolong tolong..." berulang-ulang.. 'sepertinya suara ms. Ndeng (sapaan "Srundeng")'
Setelah saya toleh kebelakang, mas. ndeng menghilang!! tadinya dia persis dibelakangku, entah kapan dia menghilangnya. kernet dan dan Qiki masih jauh dibelakang. sedangkan petis, odhol, dan lila jauh didepan sana. tidak banyak pikir saya berteriak:
"Sebelah ndi ms. Ndeng???"... teriak saya. "kene-kene rep" jawab si ms. ndeng.
Saya menyuruh ms. ndeng selalu bersuara, agar saya bisa tahu posisinya sebelah mana. Saya mulai mencari asal suara. Tidak begitu sulit mencari asal suara tersebut. karena pendakian ke Mahameru waktu itu sangat sepi, malah hanya rombongan kami saja yang ada di trekking, selain ada 1 atau 2 rombongan yang terlebih dulu mendaki.
Ms.Ndeng salah mengambil trek, dia masuk curah yang pasir sangat tebal, sulit untuk dijadikan pijakan. Dan juga bebatuan disekitarnya sangat labil. Salah menyentuh bebatuan, bisa-bisa runtuh dan mengenai mas.Ndeng. Kondisi medan tidak memungkinkan untuk langsung turun ke curah tersebut, Sehingga saya memutuskan untuk turun lagi beberapa ratus meter kebawah. Layaknya film superhero di film action Hollywood, saya turun dengan sangat cepat dan gesit. Hanya itungan menit saja saya sampai ke posisi mas.ndeng berada. *sebenarnya sih, takut mas.ndeng lebih panik lagi dan mengkibatkan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
Dugaan saya bener, Mas.Ndeng sangat panik. Berdiri saja gak mampu. Saya mencoba menenangkan Mas.ndeng sebelum saya bawa ke tempat yang aman. "gak papa mas.ndeng santai ae sek" kata saya. Setelah saya rasa agak tenang, mas.ndeng saya papah keluar dari curah tersebut.
Dugaan saya bener, Mas.Ndeng sangat panik. Berdiri saja gak mampu. Saya mencoba menenangkan Mas.ndeng sebelum saya bawa ke tempat yang aman. "gak papa mas.ndeng santai ae sek" kata saya. Setelah saya rasa agak tenang, mas.ndeng saya papah keluar dari curah tersebut.
Kami duduk beristirahat di batu, menenangkan diri. ditempat kami duduk sudah ada ada kernet dan qiki. Suasana hening. Kejadian ini membuat mental saya dropp.
"Ms. Net, aq wes gak kuat maneh!!! aq modon ae wes..."
tiba-tiba semua hening,....
tiba-tiba semua hening,....
"kalo aq gowo lagostike, sampeke puncake kapan??!! sakno arek-arek dorong sarapan, paling saiki yo kehausen iku, jarno. mas. ndeng bareng aq ae. awakmu disekan ae wes" Jawab mas nenet..
Lagi-lagi saya terdiam,... suasana disekitar kembali hening. *Selalu ada drama, dilema, putus asa, juga emosi dalam setiap perjalanan. Mepercepat proses kedewesaan seseorang aja...
Terlihat 2 orang pendaki yang sedang turun dari arah puncak menuju ke tempat kami istirahat. Sangat cepat mereka turun. Semakin jelas, dan akhirnya sampailah mereka di tempat kami istirahat. Mereka kami sapa, dan selanjutnya obrolan ringan mengalir di lereng Mahameru. Disela-sela kami mengobrol, saya pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju Mahameru.
Entah kenapa saya memilih melanjutkan lagi menuju Mahameru. Padahal tadi semangatku sudah loyo.. Entahlah apa yang membuat saya tetep lanjut, ngegas menuju Mahameru.
Terlihat 2 orang pendaki yang sedang turun dari arah puncak menuju ke tempat kami istirahat. Sangat cepat mereka turun. Semakin jelas, dan akhirnya sampailah mereka di tempat kami istirahat. Mereka kami sapa, dan selanjutnya obrolan ringan mengalir di lereng Mahameru. Disela-sela kami mengobrol, saya pamit untuk melanjutkan perjalanan menuju Mahameru.
Entah kenapa saya memilih melanjutkan lagi menuju Mahameru. Padahal tadi semangatku sudah loyo.. Entahlah apa yang membuat saya tetep lanjut, ngegas menuju Mahameru.
Selang beberapa menit saya berjalan, trek pasir mulai padat tidak begitu tebal. Sehingga kaki terasa enteng buat menapak.
Saya sampai di Mahameru... saya melihat Lila dan yang lainnya tiduran menghindari terik mentari dan kencangnya angin Mahameru. Mereka menyambut kedatangan saya, sambil menanyakan yang lainnya...
Sekitar setengah jam kernet dan qiki datang, tanpa mas ndeng... "mas ndeng ndi???" tanya saya. "Mas Ndeng mudun, melok rombongan malang", "jare wes gak kuat maneh" jawab mas. net.
Mungkin mas Ndeng takut ada kejadian yang serupa, mengambil treking yang salah, atau memang dia udah tidak kuat lagi menapakkan kaki!!!
Sembari kami beristirahat sambil menyantap bekal yang kami bawa, Lila, Odhol, dan Petis sedang Asik foto-foto. Mereka baru sempat berfoto-foto setelah beberapa jam di Mahameru, karena alat dokumenatsi di bawa si Qiki. Oh iya,.. alat dokumentasi mendaki kami kala itu HP milik si qiki.
Mahameru Kala itu hanya rombongan kami saja,. Sepi, tidak ada satupun rombongan yang lain. yang lain lagi asik-asik berfoto-foto. Saya sendiri sibuk mencari penghalang angin, dari timbunan batu-batu saya menemukan Plank Kilometer Semeru yang ahirnya saya jadikan Perisai angin untuk berteduh.
Saya sedang menghindari angin |
dari kiri: Lila, Hendra (Petis), qiki, Kernet, Odhol |
Foto cowok2nya. dari kiri; Kernet, Petis, Odhol, dan saya |
****
0 Komentar