Surga Kecil Tanah Lombok

Tulisan yang panjang ini disumbangkan oleh Nduk Rotan 

*****
Sembalun
Salah satu surga kecil yang terdapat di tanah Lombok Nusa Tenggara Timur adalah Gunung Rinjani. Gunung tertinggi ke3 setelah Gunung Puncak Jaya di Papua dan Gunung Kerinci di Sumatera Barat. Rinjani mempunyai ketinggian puncak 3.726 mdpl dengan segala kekayaan dan keindahan alamnya. Siapa yang tidak ingin masuk surga? Semua orang ingin masuk surga, terbukti surga kecil ini didaki oleh pendaki dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Tantangan dan keindahan Gunung Rinjani akan memberi kesan yang tidak akan pernah terlupakan para pendakinya.

Pada 11 hingga 14 September 2012. tepatnya pada acara Tapak Rinjani (TR) yang ke-7, saya bersama kawan-kawan (Mapala Satra Unej) berkesempatan berkenalan dan bercengkerama dengan Gunung Rinjani.  Rute yang diambil panitia TR, start Sembalun dan turun di Senaru. 4 hari yang pasti menjadi hari paling melelahkan, tapi saya yakin perjalanan Sembalun-Senaru akan membayar lebih dari uang yang ada di dunia ini.
Siang hari Sembalun menyambut kedatangan kami, pos pendakain pun sudah sangat ramai para pendaki yang datang terlebih dulu. Terlihat juga beberapa porter yang akan menemani pendakian. Eits, kehadiran porter ini, bukan untuk membawakan barang-barang para peserta dan juga bukan peserta. Ya, paling-paling disewa panitia TR, atau juga akang-akang fotografer yang membawa porter. Maklumlah barang-barang yang dibawa akang-akang fotografer ini lumayan banyak. Mulai dari perlengkapan standart camping dan juga perlatan fotgrafi lengkap. Setelah makan siang di Pos Sembalun, kami cek ulang perlengkapan dan mengisi air buat bekal dipendakain, karena mata air selanjutnya terdapat di pos 2.

Kami siap memulai perjalanan mendaki menuju 3.726mdpl.. sebagai orang yang percaya adanya Tuhan maka kami selalu berdoa sebelum melakukan perjalanan. Gunung Rinjani berbeda dengan gunung di Jawa yang pernah saya daki. Gunung di pulau Jawa memiliki hutan yang lebat, sedangkan Gunung Rinjani memliki hamparan savanna (padang rumput) yang sangat luas. Savana yang menguning di bulan ini seperti padi di sawah yang siap dipanen. Keren… Angin membuat hamparannya seperti lautan emas yang berombak tipis. Itu Kesan pertama kali saat saya melangkahkan kaki di Rinjani.. Semakin sore perjalanan, semakin nampak pesona cakrawala langit Gunung Rinjani yang terpantul pada savanna. Sore yang sangat singkat, malam akan segera membawa pasukan langit mengantar kami pada pos 2.

Pada malam hari perjalanan akan semakin sulit, cahaya yang minim dan juga udara yang dingin sehingga tidak memaksimalkan apa yang kita lakukan. Angin yang berhembus lebih kencang dari dataran rendah. sehingga memperlambat kami untuk mendirikan tenda dan juga memasak.

Diudara yang dingin, mata memang cepat mengantuk. sedangkan, perut harus tetap diisi supaya suhu tubuh tetap terjaga. Dan juga besok akan memerlukan tenaga. Angin lereng gunung yang kencang memaksa kami untuk masak dan makan didalam tenda. Setelah perut terisi, waktunya tidur. Karena saya paling cantik di dalam tenda, jadi harus tidur lebih awal. aarrrrghhh, Seperti biasa lelaki selalu menganggap cewek lebih lemah dari kaum mereka. karena itulah saya disuruh tidur duluan, huft.. keinginan melihat bintang sudah beku karena udara yang dingin ini. Masuk dalam kain seperti kepompong ‘sleeping bag’. Sebelum mata terlelap saya melihat teman-teman yang lain sedang asik bermain kartu.
Sabana Sembalun
Sang fajar mengusir rembulan dan para bintang. Pemandangan yang tidak boleh terlewatkan untuk diabadikan dalam album foto. Saya ingat betul peraturan saat kita dialam bebas. “Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar, jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak dan jangan membunuh kecuali waktu.” Karena juga dilarang meninggalkan sesuatu selain jejak, maka semua sampah harus kita bawa. Sampah sudah dibungkus, tenda dan semua perlengkapan juga sudah dipacking maka perjalanan siap kembali dimulai. Hari memang masih pagi, tapi perjalanan yang panjang harus kami tempuh dihari ke dua.
Pos 2. Sembalun
Dihadapan kami ada 7 bukit yang siap menguji psikis para pendaki, ‘Bukit Penyesalan’. Penasaran kenapa bukit-bukit ini disebut bukit penyesalan???!!  yang ada dalam pikiran saya tempat ini menyeramkan atau ada kisah tentang dewi Rinjani yang menyesal disini. Ternyata perkiraan saya tentang bukit penyesalan salah, pemandangan yang tetap indah. kenapa harus disesali??

Bukit pertama terlewati, bukit ke dua, ke tiga dan sudah bukit keberapa sekarang? Masih ada bukit dibalik bukit. Bukit-bukit ditumbuhi pohon pinus yang menjadi tempat istirahat. Beruntung bukit-bukit ditumbuhi pohon pinus, bagaimana kalau savana yang tumbuh??!!! Tidak ada tempat berteduh para pendaki saat istirahat, banyak pendaki akan mengalami dehidrasi dibukit ini. Tuhan memang tahu yang dibutuhkan kaumnya, khusunya para pendaki. Beberapa kali bertanya pendaki lain yang istirahat di bawah pohon pinus, jawaban sama yang kami dapatkan, ‘sebentar lagi bukit terakhir’. Tapi kenyataannya, masih ada bukit dibalik bukit yang kami lewati. Ingin menangis rasanya, mau pulang sudah berjalan jauh dan mau melanjutkan tidak kalah jauh. Inikah alasan  kenapa bukit ini dijuluki bukit penyesalan?

Cakrawala merona, pertanda pergantian siang dan malam telah tiba. Setelah kami berhasil melewati bukit penyesalan, kami sampai pelawangan sembalun yang diiringi sunset menyambut kami. Tempat yang istimewa untuk bermalam, melihat puncak Rinjani dari dekat dan melambai pada Danau Segara Anak yang melambai kearah kami. Tempat yang menggoda untuk terus dinikmati, tapi kami harus segera istirahat untuk mengejar sunrise di puncak.
Segara Anak
Alarm berbunyi tepat pukul 02.00, waktu yang ideal untuk melakukan perjalanan menuju puncak. Siapkan minuman hangat dan makanan ringan untuk bekal ke puncak. Perjalanan menuju puncak sangatlah berdebu, karena hari masih gelap saya tidak nisa melihat setebal apa debu dijalan menuju puncak. Yang jelas hidung dan mulut sangat sesak, sulit untuk bernafas. Headlamp sangat berfungsi sebagai pencahayaan, membantu bulan dan bintang yang mengiringi perjalanan kami. Menengok sebelah kiri disuguhi gemerlap lampu desa juga senter-senter para pendaki, dan disebelah kanan Danau Segara Anak yang masih terlihat samar.

Treking menuju puncak sangatlah panjang, kami mendapati sunrise di bawah puncak. Meskipun tidak kami dapati dipuncak, melihat sunrise ditempat yang tinggi tetap memberi keindahan tersendiri. Hari mulai terang, setelah beberapa kali istirahat dan menikkmati minuman hangat, akhirnya puncak tepat di atas pandangan kami. Tinggal satu tanjakan yang harus kami lalui, ‘Tanjakan Batu Salju’. Tiga kali melangkah, satu langkah batu salju memundurkan langkah kami.

Ingin menangis, rasa capek, terharu dan bangga tercampur. Bagaimana tidak, kami mampu berada dipuncak yang masuk dalam gunung tertinggi Indonesia. Dari tempat setinggi ini saya dapat melihat betapa kaya tanah kelapa ini. Tuhan membekali Indonesia dengan kekayaan alam. Hutan lebat, kekayaan bawah laut dan tanah yang subur sebagai tanah agraris. Bangga menjadi Indonesia.
Puncak 3726 Mdpl
kami harus segera turun dari puncak Gunung Rinjani karena Danau Segara Anak sudah menanti. Baru sadar perjalanan menuju puncak dini hari tadi cukup panjang, walau sudah setengah perjalanan. tenda kami masih terlihat sangat kecil di bawah. Perjalanan turun seharusnya berhati-hati dalam melangkah, karena jalanan trek berupa batu-batu pasir yang bisa buat kita menggelinding bila tidak berhati-hati. Dalam perjalanan kembali ke tenda, kami menemukan bunga edelweis yang belum bermekaran. Bulan ini memang bukan bulan edelweis, biasanya edelweis bermekaran pada bulan juni dan juli. Sesampainya di tenda, kami segera packing dan mengambil air didekat tempat camp untuk perjalanan ke Danau Segara Anak.

Saya kira turunan akan lebih mudah dari pada tanjakan. Ternyata track turunan berbatu menuju danau lebih melelahkan. Beban tertumpu pada lutut, membuat kaki gemetar.

Setelah hampir setengah perjalanan turunan berbatu dan setenghnya savana lagi, Danau Segara Anak memberi pemandangan kedamaian. Tenda-tenda yang didirikan dibibir danau, ikan-ikan danau dan gunung di tengah danau ‘Gunung Baru Jari’ memberi kedamaian ala Danau Segara Anak.

Mendirikan tenda di dekat danau, menjadikan danau halaman rumah kami sunggauh sangat indah nan damai. Ditambah, disekitar danau memiliki spot-spot menyenangkan, seperti; pemandian air hangat dan goa susu. Eits, jangan membayangkan goa susu mempunyai sumber air susu, hanya dinding goanya yang berwarna putih susu, Makanya dinamai Goa Susu. Dua malam di danau tidak cukup rasanya, tapi kami harus tetap pulang kekampung halaman.
Gunung Baru Jari, Segara Anak
Foto bareng temen-temen Jawa Timur
Pelawangan Senaru
Dalam perjalanan pulang, kami harus melewati tanjakan sebelum turunan. Lagi-lagi savana yang kami temui, tapi kali ini kami juga menemui hutan yang dihuni para monyet. Hutan dan gerbang Senaru menutup perjalanan kami. Istirahat tepat di gerbang Senaru membuat otak saya berpikir; Setiap gunung mempunyai keindahannya masing-masing, termasuk Gunung Rinjani., “Kapan bisa kembali ke sini?” Ah... Rinjani, memang benar kata teman-tema kalau Asmaul Husnah bertambah satu, “Allah Maha Keren.” Surga kecilNYA saja telah membuat kami ingin lagi dan lagi kembali ke surga kecil tanah Lombok ini.

***




Nduk Rotan: Mahasiswi yang seneng jalan-jalan. ketika musim libur datang berarti musim jalan-jalan bagi si nduk Rotan. Menjelajah tempat-tempat yang indah dan merangkainya dengan tulisan. Tulisan-tulisan nduk rotan bisa diliat diblognya

Posting Komentar

0 Komentar