Teluk Bandealit |
“Kemampuan bapak berapa bayar pendamping???” kata bapak Umar, volunter Taman Nasional Merubetiri (TNMB) yang akan mendampingi ngetran BandeSuka. Malam itu kami sedang bernegosiasi di pos pantau bandealit, mengenai harga jasa pendamping ngetran. ditengah-tengah negosiasi, pak Budi (Polhut TNMB) meminta membuatkan kopi ke pak Umar.
"Pak Umar buatkan kopi" Suruh Pak Budi..
dengan nada yang sangat ketus, pak Umar Menajawab "Ahh Sudah Malam"..
Jam sudah menunjukkan jam 10 malem, tapi kami masih belum menemukan kesepakatan harga jasa yang ditawarkan para petugas pada kami untuk mendampingi Trans BandeSuka.
Dari detik ke menit, dari menit ke jam, dan akhirnya kami dapat harga 500 ribu per 1 orang pendamping, yang awalnya 750ribu per 1 orang pendamping. Jadi, total biaya pendamping 1 juta. Karena pendampingnya berjumlah 2 orang. 1 petugas (Polhut) TNMB (Taman Nasioanal Meru Betiri) dan satu lagi volunter TNMB, Pak Umar.
"Pak Umar buatkan kopi" Suruh Pak Budi..
dengan nada yang sangat ketus, pak Umar Menajawab "Ahh Sudah Malam"..
Jam sudah menunjukkan jam 10 malem, tapi kami masih belum menemukan kesepakatan harga jasa yang ditawarkan para petugas pada kami untuk mendampingi Trans BandeSuka.
Dari detik ke menit, dari menit ke jam, dan akhirnya kami dapat harga 500 ribu per 1 orang pendamping, yang awalnya 750ribu per 1 orang pendamping. Jadi, total biaya pendamping 1 juta. Karena pendampingnya berjumlah 2 orang. 1 petugas (Polhut) TNMB (Taman Nasioanal Meru Betiri) dan satu lagi volunter TNMB, Pak Umar.
TNMB mulai membenahi kebijakan-kebijakan untuk lebih menjaga kawasan Taman Nasional lebih teratur dan terpantau. Ngetrans misalnya, diwajibkan memakai pendamping. Sebenarnya pada simaksi (surat ijin memasuki kawasan konservasi) terdapat point, wajib memakai pendamping. Hanya saja pelaksanaan masih kurang. Yang jadi pertanyaan besar adalah tarif pendamping. Di tiap-tiap Taman Nasional memiliki kebijakannya sendiri-sendiri mengenai tarif pendamping atau guide, ataupun juga ranger. Semoga saja, dengan adanya wajib pendamping lebih diterapkan di kegiatan ngetrans BandeSuka, TNMB lebih terjaga kelestariannya,... Amin
Kami tertegun katika hamparan warna gelap menyambut kami, hanya busa warna putih dari ombak pantai Teluk Meru yang sama-samar terlihat. Suasana malam itu di Teluk Meru sangat mencekam. Langit mendung, hujan rintik-rintik, angin kencang menyambut kedatangan kami, ditambah kondisi fisik yang down. Sampai di Teluk Meru pada jam 7 malem. Perjalanan terlama selama saya bermain ke Teluk Meru. Bagaimana tidak lama!!! Rombongan kami lumayan besar, kondisi medan yang basah, sehingga licin. Tidak sedikit dari kami yang kepeleset jatuh, karena jalan setapak yang licin, membikin cakaran bokong di tanah. Lucunya, jika ada yang kepeleset maka akan disambut tawa bahagia teman-teman lainnya.
Kami harus berjuang dan tetap fokus biar tidak menggelinding dan jadi bahan ketawaan yang lain. Saling menertawakan ketika melihat teman jatuh. Suasana seperti inilah yang ada selama treking menuju Pantai teluk Meru, ramai dengan tawa. Begitu gelap mulai datang rombongan kami agak mulai sunyi.
Kami memilih Muara Barat menjadi tempat istirahat malam ini. Mengingat kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan untuk lanjut ke Muara Tengah Teluk Meru. Kami menerapkan Safety Prosedure pada kondisi seperti ini tentunya. Walau Tempat camp sangat sempit, dan terdapat ada 2 pondok nelayan yang keliatannya sudah lama tidak ditempati. Kami istirahat setelah makan malam, mengembalikan stamina, menormalkan kembali kondisi psikologis semua personil rombongan.
Tengah malam saya dibangunkan oleh tetesan air hujan yang mengenai wajah, dimana semua orang terlelap bersama mimpi-mimpi mereka. Saya masih terjaga, ditemani suara rintikan hujan, deburan ombak, serta segelas kopi dan sebatang rokok ditangan. Suasan malam yang sunyi, damai, hening yang tidak mungkin kita dapatkan di kota. Mungkin inilah salah satu yang dicari oleh para banyak petualang, mengesampingkan urusan pribadi, menikmati kesunyian walau hanya sesaat. Sampai ahirnya, si buter bangun (juga) karena atap yang bocor. Jam menunjukkan pukul 5 pagi, saya tidak kuat lagi menahan mata untuk tidak terpejam...
Alam memang sulit ditebak, jadi kita harus siap dengan segala perubahan cuaca atau kondisi di alam yang datang tiba-tiba. Salam Lestari....
Muara Barat Bandealit |
***
2 Juli 2013- Untuk pertama kalinya saya menemani Sispala di kegiatan Trans BandeSuka, dan entah kesekian kalinya saya lagi-lagi berkunjung ke TNMB. Menemani rombongan Palung, Saya tidak sendirian dari jembernya, juga ditemani Buter. Palung adalah Siswa Pencinta Alamya SMKN 3 Probolinggo (Sispala SMKN 3 Probolinggo). Untuk memulai Trans BandeSuka, kami start dari teluk Bandealit menuju Teluk Meru. Jalur trans BandeSuka pernah saya posting di blog ini, dengan judul TNMB (Taman Nasional Meru Betiri).
di puncakan tanjakn pertama, setelah melewati afdeling Sumber Gadung |
Kami tertegun katika hamparan warna gelap menyambut kami, hanya busa warna putih dari ombak pantai Teluk Meru yang sama-samar terlihat. Suasana malam itu di Teluk Meru sangat mencekam. Langit mendung, hujan rintik-rintik, angin kencang menyambut kedatangan kami, ditambah kondisi fisik yang down. Sampai di Teluk Meru pada jam 7 malem. Perjalanan terlama selama saya bermain ke Teluk Meru. Bagaimana tidak lama!!! Rombongan kami lumayan besar, kondisi medan yang basah, sehingga licin. Tidak sedikit dari kami yang kepeleset jatuh, karena jalan setapak yang licin, membikin cakaran bokong di tanah. Lucunya, jika ada yang kepeleset maka akan disambut tawa bahagia teman-teman lainnya.
My Safety Shoes |
Kami memilih Muara Barat menjadi tempat istirahat malam ini. Mengingat kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan untuk lanjut ke Muara Tengah Teluk Meru. Kami menerapkan Safety Prosedure pada kondisi seperti ini tentunya. Walau Tempat camp sangat sempit, dan terdapat ada 2 pondok nelayan yang keliatannya sudah lama tidak ditempati. Kami istirahat setelah makan malam, mengembalikan stamina, menormalkan kembali kondisi psikologis semua personil rombongan.
Tengah malam saya dibangunkan oleh tetesan air hujan yang mengenai wajah, dimana semua orang terlelap bersama mimpi-mimpi mereka. Saya masih terjaga, ditemani suara rintikan hujan, deburan ombak, serta segelas kopi dan sebatang rokok ditangan. Suasan malam yang sunyi, damai, hening yang tidak mungkin kita dapatkan di kota. Mungkin inilah salah satu yang dicari oleh para banyak petualang, mengesampingkan urusan pribadi, menikmati kesunyian walau hanya sesaat. Sampai ahirnya, si buter bangun (juga) karena atap yang bocor. Jam menunjukkan pukul 5 pagi, saya tidak kuat lagi menahan mata untuk tidak terpejam...
Teluk Bandealit |
2 Komentar
Thanks Brur. sudah meninggalkan jejak u/ kami (PALUNG) yg msh belum terbiasa nulis. Semoga bermanfaat u/ semuanya
BalasHapussame2, ini lg belajar meinggalkan jejak lewat tulisan. sebenere tulisan trans BandeSuka Palung, aq coba tulis perjalanane sampek Sukamade. tapi yang ane publish cuman sampek Meru.. belum tk edit tulisane. klo foto2nya sudah ane resize,...
Hapus